Aku bertaubat

Telah kutawarkan,

separuh hatiku pada musafir yang sempat mampir dan terus mengalir...

Telah kumengerti,

bahwa asaku tak pantas berangan melampaui batas kodratnya mimpi...

Dan telah kusesali,

bahwa lidahku terlalu ringan menampakan kata yang mestinya kusimpan dalam keranda...

Wahai Engkau yang mencinta,

aku hanya jelata yang lalai menjaga diri dari cela tipu daya dunia...

Demi pengampunan-MU,

aku rela melata,

mengaisi sisa cinta yang terserak dibawah payung kebesaran asma-MU...

Wahai Engkau yang kutuju dalam sembah sujudku diujung masa,

aku bertaubat...

Menanti kata

Dikala kutanya bagaimana nasib rasa,

kau suruh aku menunggu sementara,

dikala itu batinku kau dera,

pedih dan pedih mereka-reka.

Oh buah hati, 

kenapa mesti aku menanti?

tidak-kah kau tahu,

bagiku seminggu bagai sewindu.

Api seakan redup membara,

sebab asa mulai terbata,

sebab kata tak kunjung tiba.

Ku-ulangi..

Aku jatuh cinta pada isyarat,

pada keberanian dan ketegasan.

Dan kuulangi,

bahwa aku jatuh cinta pada keseluruhan yang mewujud dirimu.

Dan akan terus kuulangi,

sampai kau mengerti,

sampai kau katakan apa yang pantas kudengar.

Sang Pemuja

Aku memuja-Mu bukan sebatas tinta 
yang tergerak alunan merdu senandung ayat...

Aku memuja-Mu bukan sebatas kata 
yang tergoda kemewahan sorga dan kemolekan bidadarinya...

Aku memuja-Mu karna aku segumpal nyawa yang menghamba,

sedang Engkau dan senyum-Mu adalah makna yang menjadikanku terjaga dan mencinta...

Aku memuja-Mu karna aku pemuja yang berdo'a,

sedang Engkau satu yang pantas kupuja...

Bukan karna..!

Peluh hati berkhayal, sang dewi yang datang dilapal..
Kapankah bersanding..? tak mungkin, bila aku saja segan..

Aku ingin berkata, biarpun ia kata dusta..
Karna rasa ini nyata..
Seperti jamur yang terus meluas..
Seperti detik yang tetap memacu..

Semoga ia rasa sama..
Cinta tulus, bukan karna..!