30 Dec 2010

Lewat Waktu


Lewat waktu yang tak tahu dimana tempat ia berlabuh..
Dari nanar hati, dari bau mulut singa lapar..
Nafas tengik, awasi langkah pemuja di rimba ranah sementara..
Sayap-sayap patah, terkapar, tertiup bayu kemelut jingga...

Kemala, kabarkan padaku, bisikan putih sang pengembara berlabuh, manakala buih diriak masih berkilau keyakianan, bawalah bunga ke pucuk sempana menanti, sebelum sempat nyawa meradang gusar, sebelum hati terkutuk air mata punduk awan legam penyesalan, alunkan buaian symphoni syair-syair tabah, hantar aku menembus batas kabur di teluk raga yang tak takut memeluk jiwa...

Kemala jiwa, semburat asa, cahaya pemuja di tengah langkah sempoyongan, lewat waktu yang tak tahu dimana tempat ia berlabuh...

Hasrat


Dari secangkir tea hangat yang kau hidangkan, aku cium aroma busuk bersama kepulan asapnya yang menggoda, sedang engkau ibaratkan peranmu bagi peramu-saji yang rela melayani egoku, bukan demikian, karna tak kuhargai sumpah serapah yang terbungkus bibir merah terkatup...

Mulai kini, jangan kau kenakan jubah pekat yang menghalangi tekadku, tanpa harus malu, aku ingin kau bakar dadaku dengan percikan asmaramu, telanjanglah... lalu menari, jangan terhenti hingga genggam jemari terkapar merenggang diri...

Labil

Semalam anganku mengitari kotak mungil berornamen cinta, di sudut kaku halusinasi akalku pucat mengurung diri, apa yang salah dengan langkah terburu-buru, seperti takut menatap mata saat berjalan dikeramaian, diam-diam mata hati berpuisi..

Aku tau tapi ragu saat kuselami samudra ke-tidak tetapan jiwa, aku tau tetapi malu mengaku diri lelaki yang tinggi hati, betapa tak semua mimpi dapat kubeli, sayang, kumenikamnya dengan janji..

terjaga...

terjaga...  setelah sewindu pulas terpejam.. memulai diam2.. setelah bosan bermimpi dalam diam.. telah langkah gontai...  setela...