Temaram begawan kota.
Tedung wajahnya dihias bangsal aneka rupa.
Keracak bunga industri di riak,
berdesak seperti hendak merajuk,
nantikan pemberontakan saat langit mendung,
saat dinding tak kuasa membendung,
mengeja-wantahkan bah,
menerjeng,
dalam satu hentakan,
yang terlelap,
menjerit,
tenggelam ketakutan.
Si kuasa berkata :
“ini bencana”
bencana dari kita untuk kita.
Lantas si bijak mengolah kata :
“ini ujian”
ujian mencela si manusia buruk rupa.
Sial,
siapa bodoh berulang-ulang,
atau nasib sebagai bangsa yang ditakdirkan bodoh!
Temaram begawan kota.
Remang alurnya namun tetap menawan,
berkala peristiwa di tiap musim,
tak jua luluhkan senyumnya,
senyuman tangguh,
memikat berteduh orang-orang yang datang mengeluh.
Temaram begawan kota.
Temaran di hulu,
hingga ke ujung muara.