Seakan ada jejak meniti
jalan berbunga dalam hingar-bingar romansa penuh selaksa dan obsesi fana’ alam bawah
sadar di jagat senggama antara hasrat dan rasa... Mungkin kita dalam bingkai
argumentasi pemujua."
Seperti tiada rimbun
kedengkian presepsi dan buaian halusinasi sewaktu secuil imaji terbujuk anyaman
kata ibarat yang mengalun merdu dari
mulut srigala yang mengigau tentang arti... Mungkin juga kita dalam ranum
puitisme pujangga."
Sedemikian dangkal makna
pemisah antara kata dan mengada-ngada, prakata menepis sengketa dan dusta mewariskan petaka. Dalam batasanku memuja dan bersyair tentang cinta, tampak jelas
titik kerinduan dan sanjungan... Dialah wanita untuk istriku."