10 Aug 2010

Sang jiwa metamorfosa

Akulah sang jiwa.. Hidupku tak seindah drama yang menyuguhkan tawa dan duka, tak semerdu dendang dusta yang menggugah rasa dan cinta...


Aku hidup dalam diafragma sederhana.. Dalam dilema kekalahan dan kemenangan sejati, dualisme fantasi antara janji dan jati diri...

Inilah dawai takdirku.. Hidup dalam darma memberi, mendefinisikan arti hidup untuk hidup setelahku, demi sebuah dinamika diakhir diktatku...


"..dan sayap~sayap itu men-deklamasikan keindahan-nya di udara, sungguh tak ada diksi untuk menggambarkan rasa bangga akan dedikasi sempurna..."

Note :
“Terimakasih, ini sangat berarti..” Heem.. Ucapan yang pasti terdengar manis. Mungkin kamu pernah mendengar ataupun mengucapkannya, pasti, apapun bentuknya setiap orang pernah memberi dan menerima, karna   begitulah cara kita hidup sebagai manusia. 

“Hidup terasa mudah jika kita saling memberi..”. Rasanya bukan hanya isapan jempol. Sepertinya ungkapan ini merupakan pengalaman empiris orang yang pertama kali mengatakannya, betapa tidak, seseorang tidak akan pernah merasa nikmatnya memberi selama ia selalu berharap untuk menerima, meskipun untuk dapat memberi harus ada yang menerima, tapi memberi selalu lebih baik dan lebih sulit. Begitu pun untuk menerima seseorang tidak perlu membiasakan diri, tapi untuk memberi harus dengan pembelajaran dan pengajaran. Jadi, mulailah membiasakan diri untuk memberi, dan rasakan kenikmatan saat pemberian itu berguna bagi si penerima.
"Jadilah pribadi yang memberi.."

1 comment:

terjaga...

terjaga...  setelah sewindu pulas terpejam.. memulai diam2.. setelah bosan bermimpi dalam diam.. telah langkah gontai...  setela...