6 Nov 2009

Biarkan kami angkat bicara


Jenuh kami lihat jengah..
melihat hati saudara kami yang ditikam belati...

Nyinyir kami dengar ngilu..
mendengar orkestra janji-janji yang mengalir tanpa bukti...

Sesal kami rasa sial..
mendapatkan aksi-aksi yang hanya jadi pemanis dinding demokrasi...

Tapi gundah kian resah..
memikirkan idiologi yang tersingkir dari mimpi-mimpi...

Wahai tuan yang berdiri di pucuk negeri...

Dimanakah kau letakan justisi untuk si jelata bernaung..
dimanakah arti reformasi yang terlahir begitu polos tanpa rasa takut..
dan adakah se-sen harga untuk tubuh kami yang kau jadikan pijakan meraih tahta..
jawablah tuan..
sekalipun dengan sebait kata terlambat..
ataukah hati dan kupingmu telah tuli..!
ataukah kursi terhormatmu bahkan terlalu mewah untuk menjamu pantat bau kami..?
kami tau diri tuan..
maka perkenankan kami angkat bicara..
karna di rumah kami resah tak punya apa-apa..
biarkan kami tetap turun ke jalan..
karna esok mungkin kami tak mampu lagi berjalan..
biarkan kami berlaku bar-bar..
karna kami telah lupa bagaimana cara bersabar..
biarkan tuan..
biarkan Tuhan menebas habis nurani tuan sampai puas..
sampai kelak nalarmu bernanah di liang lahad..
sampai kelak kami injak dendam tubuh tuan yang terkubur di dalamnya...

No comments:

Post a Comment

terjaga...

terjaga...  setelah sewindu pulas terpejam.. memulai diam2.. setelah bosan bermimpi dalam diam.. telah langkah gontai...  setela...